Rabu, 18 November 2015

Psikologi Manajemen

Motivasi



THE PURSUIT OF HAPPYNESS

PENDAHULUAN

Motivasi adalah perilaku yang ingin mencapai tujuan tertentu yang cenderung untuk menetap. Motivasi juga merupakan kekuatan yang mendorong dan mengarahkan keberhasilan prilaku yang tetap ke  arah tujuan tertentu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri seseorang atau pun dari luar dirinya. Motivasi yang berasal dari dalam diri sesorang disebut motivasi instrinsik, dan yang berasal dari luar adalah motivasi ekstrinsik.
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya diketahui, tetapi juga harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.


SINOPSIS

Sebuah Kisah nyata perjalanan seorang Ayah dan anaknya dalam menempuh pahit getirnya kehidupan hingga akhirnya hidup berkecukupan sebagai multimillionaire stockbroker di pasar saham. berkat kesabaran dan kegigihan hati seseorang Ayah demi kebahagiaan anaknya yang akhirnya menjadi sumber kekuatan tersendiri di luar batas yang mungkin dapat dibayangkan.
Film yang mengisahkan kehidupan sebenarnya dari seorang Christopher Gardner, seorang tuna wisma dan single parents yang berjuang dalam hidup bersama anaknya hingga berhasil menjadi jutawan dan CEO sebuah perusahaan stockbroker ternama di Amerika yaitu Christopher Gardner International Holdings dengan kantor yang kini tersebar di New York, Chicago, and San Francisco. Dari seorang yang miskin hingga menjadi jutawan, pastilah sebuah kisah yang sudah pasti akan mengundang rasa kagum dan menarik untuk kita ketahui. Sebuah moment yang yang mampu menyentuh emosional terdalam dan bersatu dalam sebuah konteks kehidupan spritual akan sebuah arti kehidupan itu sendiri.
 “Setiap orang pasti akan melewati satu point dimana dia akan menuju terus kebagian paling dasar dari hidupnya. Dan melewati satu point lagi yang akan selalu menuju bagian teratas dari hidupnya. Tapi kita hanya tidak tahu kapan dan dimana point tersebut berada.. Jadi jeli-jeli lah dalam melihat hidup ini… karena hanya akan ada satu point yang anda akan lewati.. jangan pernah menyerah maupun lupa diri saat melewati cek point anda!”
Mungkin ada sedikit kemiripan dengan pesan yang berusaha disampaikan oleh Chris Gardner dalam film ini. Dimana dalam suatu kesempatan di film tersebut, Chistoper’s Son yang diperankan oleh anak Will Smith sendiri menceritakan sebuah kisah lucu :
“There was a man who was drowning, and a boat came, and the man on the boat said “Do you need help?” and the man said “God will save me”. Then another boat came and he tried to help him, but he said “God will save me”, then he drowned and went to Heaven. Then the man told God, “God, why didn’t you save me?” and God said “I sent you two boats, you dummy!”
Intinya adalah Tuhan biasanya mendatangkan bantuan lewat cara-cara yang terkadang kita sendiri tidak mengetahui bahwa itu adalah bantuan. Karena bentuknya yang tidak berupa mukjizat secara langsung dan kasat mata. Tapi hanya bisa kita pahami pada saat kita memandang kebelakang di kehidupan kita. 
Turning point dalam hidup seseorang seringkali terjadi di waktu dan tempat yang kita tak pernah bayangkan. Ada saatnya kita memasuki turning point yang membawa kehidupan kita kebawah. Sama halnya yang diawali oleh Gardner. Turning point ke bawah ini berawal saat dia memutuskan untuk menjadi seorang salesman Bone Density scanner dan menginvestasikan tabungan keluarganya untuk membeli beberapa alat ini sebagai stock untuk dijual kembali secara exclusive ke medical centre di San Fransisco. Namun ditengah terpuruknya kondisi ekonomi Amerika saat itu, membuat Gardner kesulitan untuk menjual barang tersebut sebagai kompensasi untuk menutup biaya hidup mereka. Tekanan hidup dirasa semakin berat oleh keluarga Gardner, karena langkah Gardner tersebut ternyata membuat kondisi keuangan keluarga menjadi tidak stabil dan sulit. Istrinya pun mengalami kelelahan baik lahir maupun batin karena harus bekerja double shift untuk menutupi kebutuhan rumah tangga, sehingga bayangan akan masa depan yang diharapkan diawal pernikahan seakan menjadi jauh dari jangkauan. Rasa putus asa dan lelah jiwa membuat istrinya cepat meledak-ledak dan skeptis terhadap kemampuan suaminya.
Sedangkan Christopher Gradner, yang lahir pada 9 february di Milwauke tanpa pernah melihat siapa ayahnya terlahir untuk memiliki mimpi sendiri yang dia rasakan lebih penting bagi dirinya daripada hanya menjual scanner. Kehidupan keras yang dia rasakan bersama ibunya telah menempa dirinya hingga memiliki suatu “spiritual genetic” tersendiri dan mengajarkan dia suatu pelajaran berharga dalam hidup, yang tetap dia pegang hingga kini. Dia ingin menjadi seorang ayah yang dia tidak pernah miliki. Dan hal tersebut dia dedikasikan ke anaknya melalui kesabaran yang tiada batas serta kesatuan emosi dengan anaknya. Dan saat istrinya memutuskan untuk meninggalkan dia karena tidak tahan lagi akan tekanan hidup yang dimiliki, semuanya mulai berubah. Chris harus rela kehilangan mobil dan apartmentnya. Namun dia tetap bersikukuh untuk tetap dapat bersama anaknya, karena dia telah membuat keputusan dimasa kecilnya, saat dia memiliki anak nanti, dia tidak ingin anaknya tidak tahu siapa bapaknya seperti dirinya. Walaupun akhirinya, istrinya tetap meninggalkan mereka.
Saat melihat hal tersebut, hati kami seakan ikut teriris dan sedikit mengeluarkan air mata. Terlebih saat adegan dimana Chris dan anaknya harus hidup homeless dan terpaksa tidur di kamar mandi umum. Dengan air mata berlinang sambil menatap anaknya, satu tangan diberikan sebagai bantal untuk anaknya agar dapat tetap tidur nyenyak dan satu tangan lagi dikerahkan untuk menahan pintu yang tengah ingin dibuka oleh seseorang dari luar. Dia berusaha menghindari pemeriksaan petugas yang sedang memeriksa setiap malam. Wajah anaknya sudah kelelahan dan bila diusir dia tidak tahu harus tidur dimana.
Sebagai instantnya, turning point kedua dalam hidup Gardner dan pekerjaannya terjadi diparkiran sebuah gedung. Pada saat dia memandang ke arah salah satu gedung yang berdiri megah di San Fransisko, dia melihat begitu banyak muka-muka bahagia yang keluar dari gedung tersebut. Sebuah ekspresi yang rasanya menjadi sesuatu yang mewah bagi dirinya disaat itu. Dan tiba-tiba dia melihat seseorang tengah keluar dari sebuah Mobil Ferrari yang diparkir tepat disebelahnya. Decak kagum Gardner bukanlah pada mobil tersebut, namun bagaimana orang itu mendapatkannya. Dia bertanya “Wow, I gotta ask you two questions. What do you do? And how do you do that? Sebuah moment yang hingga akhirnya menjadikan pria ini seorang stockbroker dengan penghasilan USD 80.000 per bulan.
The Pursuit of happiness adalah salah satu film yang layak anda tonton. Banyak pelajaran hidup yang dapat diambil didalamnya. Menceritakan bagaimana sebuah kerja keras dan devotion seorang ayah terhadap anaknya membawa kebahagiaan pada akhirnya. Kita tidak tahu betapa mewahnya sebuah pertolongan bila kita tidak pernah kesulitan. Dan betapa indahnya kebahagiaan, bila tidak pernah merasakan penderitaan. Salah satu pelajaran hidup yang priceless.
Mungkin yang perlu kita pertanyakan dari kisah tersebut adalah bagaimana kita mengartikan sebuah kebahagiaan. Bukan hasil pencapaiannya, namun prosesnya. Karena Seorang milioner seperti Gardner sekalipun pernah membuat keluarganya kelaparan. Pernah mengalami derita yang tak terbayangkan. Sangat beda dari film-film yang selalu berisi anak seorang kaya yang kemudian menjadi lebih kaya lagi kemudian hidup bahagia. Ini adalah cerita nyata yang juga dialami oleh ratusan juta orang di muka bumi. Apa yang dapat kita pelajari dari Chris Gardner dalam meraih kesuksesannya? Mempertahankan keluarganya? Apakah takdir yang menemukan kita ataukah kerja keras dan kesabaran yang membawa kita menuju takdir kita? Satu hal mungkin yang harus kita ingat sebagai pelajaran, kita tidak pernah tahu apa yang orang lain telah lalui ketika kita membentuk ekspektasi kita.

PEMBAHASAN

A.   DASAR-DASAR TEORI
Dalam menganalisa kasus ini kami menggunakan beberapa teori diantaranya sebagai berikut :


            1. Konsep kepribadian sehat menurut Carl Rogers

Carl Rogers berpendapat bahwa manusia adalah makhluk rasional dan sadar, tidak dikontrol oleh peristiwa masa kanak-kanak, yang penting adalah masa sekarang, saat ini dan apa yang kita hadapi dan yang terjadi, meskipun masa lampau memberikan pengaruh, namun bukan penentu masa sekarang. Manusia memiliki kecenderungan mengaktualisasi yaitu untuk bergerak menuju perlengkapan atau pemenuhan potensi-potensinya. Aktualisasi diri merupakan proses yang sukar dan kadang menyakitkan, seperti tantangan dan ujian sebagai cambukan terus-menerus terhadap kemampuan seseorang. Rogers memberikan istilah untuk orang yang sehat sebagai orang yang berfungsi sepenuhnya dengan ciri-ciri sebagai berikut :

- Keterbukaan terhadap pengalaman
Kepribadian yang dinamis dan fleksibel, yaitu terbuka terhadap pengalaman dari luar untuk menemukan pandangan baru yang lebih kreatif dan konstruktif.


- Kehidupan eksistensial

Orang yang eksis memiliki pikiran jernih dan memakai pengalaman sebagai suatu kehidupan baru serta mereka dapat menyesuaikan diri secara terus-menerus, terbuka, tidak berprasangka, tegar, dan tidak memanipulasi pengalaman.

 - Kepercayaan terhadap organisme sendiri

Mereka mempunyai kepercayaan diri sepenuhnya, spontanitas namun tidak tergesa-gesa serta tidak meninggalkan konsekuensi yang mungkin diperolehnya. Individu yang sehat memberikan kebebasan pada organisme untuk memberikan nilai terhadap dirinya.

- Perasaan bebas

Orang yang sehat memiliki rasa bebas dalam memilih dan bertindak, memiliki perasaan berkuasa secara pribadi terhadap dirinya sehingga masa depan tergantung pada dirinya dan tidak diatur oleh peristiwa masa lampau.

- Kreativitas

Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki sikap yang kreatif, fleksibel, spontan, wajar dan tidak mengharapkan tuntutan dari lingkungan. Mereka mengembangkan diri dengan penuh keyakinan serta memiliki ketahanan terhadap perubahan, sehingga sikap ini dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.


2. Teori Adjustment (Penyesuaian Diri) dan Coping-Resilience

Konsep adaptasi berasal dari istilah biologi yg berarti upaya untuk bertahan hidup yg dilakukan  oleh berbagai spesies. Adjustment (penyesuaian diri) tersebut mengandung dua proses, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya  dan merubah lingkungan agar menyesuaikan diri dg kebutuhan individu. Istilah penyesuaian diri dan lingkungan bermakna luas yaitu lingkungan yang berbentuk fisik (lingkungan sekitar, alam, benda-benda yang kongkret) dan lingkungan yang berbentuk psikis (jiwa, raga, rohani, keyakinan). Penyesuaian diri yang baik dilakukan dengan respon yang matang, efisien, memuaskan dan sehat. Ketika individu gagal atau tidak mampu menyesuaikan diri akan menimbulkan gangguan (abnormalitas) seperti kecemasan, stress, kesepian, kebosanan, depresi, frustrasi, perilaku menyimpang serta psikosomatis.
Salah satu upaya penyesuaian diri adalah perilaku coping, yakni upaya untuk melakukan perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam rangka memenuhi tuntutan internal/eksternal (atau konflik diantara keduanya) yang bersifat spesifik dan  dirasakan mengancam bagi individu. (Folkman & Lazarus).

Menurut Lazarus (Sarafino, 1998), ada dua jenis coping yaitu :
Emotion-focused coping atau koping yang berfokus pada emosi
Emotion focused coping merupakan upaya coping dengan mengurangi beban emosi atau usaha untuk mengubah/mengelola respon emosi seseorang terhadap stimulus  stres (Prokop, dkk., 1991).
Problem focused coping atau koping yang berfokus pada masalah

Problem focused coping adalah suatu upaya coping dengan mengubah hubungan antara diri dengan lingkungan sebagai strategi problem solving atau sebagai upaya mengubah/ mengelola stimulus stres (Prokop, dkk., 1991).
Dalam menghadapi suatu masalah terkadang menimbulkan trauma. Kemampuan individu untuk bangkit dari trauma disebut resilience. Resilience dapat dilihat dari :
·         Adanya hasil penyesuaian diri yang baik meskipun individu memiliki resiko tinggi
·         Menunjukkan kompetensi yang konstan ketika menghadapi stres
·         Mampu memulihkan diri dari trauma (Wikipedia)

 B. ANALISIS TOKOH
Dalam teori Rogers, ia mengemukakan bahwa tingkah laku individu dapat dipahami hanya melalui persepsi subyektif dan kesadaran terhadap realitas yaitu realitas obyektif secara sadar diterima dan diinterpretasikan oleh individu pada suatu waktu tertentu. Bila kita kaitkan dengan tokoh Christ Gardner, ia sebenarnya bukan berasal dari keluarga yang bahagia, ia tidak mengalami pengasuhan yang indah bersama kedua orang tuanya dari kecil karena bertemu ayah kandungnya saja ketika ia berusia 28 tahun, namun ia tidak terpuruk oleh kondisi masa lalunya ini. Christ justru mampu melakukan resilience (bangkit dari trauma masa lalu). Hal ini terbukti dari tekadnya agar kelak anaknya kenal siapa dirinya sebagai sosok ayah yang baik. Jika dikaitkan dengan teori Carl Rogers, maka Gardner tergolong dalam orang yang mampu berfungsi sepenuhnya. Hal ini terlihat dari :
  • Gardner mampu menerima keadaan keluarganya yang tidak harmonis dan kondisi ekonomi yang sulit. Sementara istrinya tidak bisa menerima keadaan tersebut. Ia selalu menyalahkan Gardner yang tidak mampu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga dan memaksanya untuk bekerja double shift di sebuah laundry demi menutupi kekurangan ekonomi tersebut. Namun hal ini tetap saja tidak mampu menutupi sepenuhnya. Sehingga sang istri semakin tertekan dan akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan Gardner dan anaknya.
  • Gardner bergerak untuk menuju perlengkapan atau pemenuhan potensinya yaitu dengan mencoba melamar pekerjaan di sebuah perusahaan  stockbroker. Awalnya ia hanya magang (bekerja tanpa gaji) pada perusahaan tersebut. Namun hal ini tidak membuatnya putus asa, sebaliknya ia semakin bersemangat dan bertekad kuat. Sikap Gardner yang demikian sangat sesuai dengan Teori Rogers bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang mampu bersikap eksis dan tegar.
  •  Kemampuan aktualisasikan dirinya ditunjukkan dengan semangatnya dalam bekerja walaupun tanpa gaji yang sebenarnya ia sangat membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi bersama anaknya. Ia mampu menghadapi segala tantangan dan ujian menuju keberhasilan sebagaimana yang diungkapkan oleh Rogers dalam konsep pribadi sehat.
  • Gardner memiliki pribadi yang dinamis dan fleksibel, ditunjukkan dengan kemampuannya bergaul di lingkungan kantor tanpa menampakkan berbagai permasalahan hidup yang dihadapinya.
  • Gardner termasuk orang yang percaya akan kemampuan dirinya. Ia dapat meyakinkan atasannya bahwa ia memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik, meskipun ia bukan seorang sarjana.
 
 
KESIMPULAN:

        Dari analisa kepribadian tokoh di atas, kami menyimpulkan bahwa Christ Gardner memiliki kepribadian yang sehat menurut pandangan Carl Rogers (orang yang berfungsi sepenuhnya). Ia juga mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan perilaku coping yang baik dan mempunyai kemampuan resilience. Sedangkan istrinya tidak mampu bersikap demikian. Dari kisah hidup Christ Gardner ini kita dapat mengambil perjalanan bahwa hidup ini penuh dengan tantangan yang harus dihadapi dengan penuh ketegaran dan kepercayaan diri demi pencapaian keberhasilan




DAFTAR PUSTAKA:


Feist, J., & J, F. G. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

NAMA : D. PUSPA PANE
NPM     : 11513976
KELAS : 3PA08
KEL      : BIRU