Pengertian
Artificial Intelligence (kecerdasan
buatan)
Menurut Herianto, T (2006) mendefinisikan Artificial Intelligence (kecerdasan
buatan) mungkin dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu computer yang
berhubungan dengan otomatis perilaku inteligens, dengan demikian program
kecerdasan buatan didefinisikan sebagai program yang berhubungan dengan
otomatisasi perilaku inteligen. Sedangkan Minsky (dalam Kusrini, 2006) mendefinisikan
Artificial Intelligence (kecerdasan
buatan) adalah suatu ilmu yang mempelajari cara membuat komputer untuk
melakukan sesuatu seperti yang dilakukan manusia.
Menurut H.A Simon (dalam Kusrini, 2006) mendefinisikan
Artificial Intelligence (kecerdasan
buatan) merupakan kawasan penilitian, aplikasi dan instruksi yang terkait
dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan
manusia adalah cerdas. Sedangkan Rich and Knight (dalam Kusrini, 2006) mendefinisikan Artificial Intelligence (kecerdasan
buatan) sebagai sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan
hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia.
Sementara ensiklopedi Britannica (dalam Kusrini, 2006)
mendefinisikan Artificial Intelligence
(kecerdasan buatan) sebagai cabang dari ilmu komputer yang dalam merepresentasi
pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk
simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan
metode heuristic atau dengan
berdasarkan sejunlah aturan.
Sejarah
Artificial Intelligence (kecerdasan
buatan)
Kecerdasan buatan termasuk bidang
ilmu yang relatif muda. Pada tahun 1950-an para ilmuwan dan peneliti mulai
memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaannya
seperti yang bisa dikerjakan oleh manusia. Alan turing , seorang
matematikawan inggris pertama kali mengusulkan adanya tes untuk melihat bisa
tidaknya sebuah mesin dikatakan cerdas. Hasil tes tersebut dikenal dengan
Turing test, dimana si mesin tersebut menyamar seolah-olah sebagai seseorang di
dalam suatu permainan yang mampu memberikan respon terhadap serangkaian
pertanyaan yang diajukan. Turing beranggapan bahwa, jika mesin dapat membuat
seseorang percaya bahwa dirinya mampu berkomunikasi dengan orang lain, maka
dapat dikatakan bahwa mesin tersebut cerdas (seperti layaknya manusia). Alan
turing juga melakukan percobaan lainnya yaitu Turing melakukan percobaan ini
pada saat berpikir bahwa komputer yang bisa berpikir seperti otak manusia bisa
hadir dalam kurun waktu 50 tahun lagi. Ilmu-ilmu baru bermunculan dengan tujuan
menghasilkan mesin-mesin cerdas inilah yang kemudian kita kenal sebagai
Artificial Intelegence (kecerdasan buatan).
Kecerdasan buatan sendiri
dimunculkan oleh seorang profesor dari Massachusetts institute of Technology
yang bernama John McCarthy pada tahun 1965 pada Dartmouth Conference yang dihadiri
oleh para peneliti AI. Pada konferensi tersebut juga didefinisikan tujuan utama
dari kecerdasan buatan, yaitu : mengetahui dan memodelkan proses-proses
berfikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan kelakuan
manusia tersebut.
Beberapa program AI yang mulai dibuat pada tahun 1956-1966,
antara lain:
- Logic Theorist, diperkenalkan pada Dartmouth Conference, program ini dapat membuktikan teorema-teorema matematika.
- Sad Sam, diprogram oleh Robert K. Lindsay (1960). Program ini dapat mengetahui kalimat-kalimat sederhana yang ditulis dalam bahasa inggris dan mampu memberikan jawaban dari fakta-fakta yang didengar dalam sebuah percakapan.
- ELIZA, diprogram oleh Joseph Weinzenbaum (1967). Program ini mampu melakukan terapi terhadap pasien dengan memberikan beberapa pertanyaan.
Hubungan Artificial Intelligence (kecerdasan
buatan) dan Kognisi Manusia
Penelitian McCulloch
& Pitts analogis dengan komputer yang berfungsi berkat rangkaian sirkuit
biner yang menentukan hidup-matinya neuron tadi melihat hubungan sikap logis
neuron ketika berinteraksi dengan kinerja komputer digital. Von Neumann
sangatlah mungkin merancang komputer yang meniru otak manusia. Otak komputer
dianggap sebagai alat input, output, sekaligus lapisan tersembunyi. Lapisan
tersembunyi menanggapi neuron di dalam otak model ini lebih mewakili otak manusia.
W. Daniel Hillis
mengembangkan ‘mesin koneksi’, sebuah model proses paralel. Pada mesin koneksi
Hillis, prosesor tersedia untuk memecahkan sebuah masalah, memungkinkan
masalah tsb terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang berproses secara berkesinambungan.
Orang-orang yang menganggap AI sebagai konsep intelektual yang korup &
meyakini bahwa orang yang yakin atas keberadaan mesin berpikir adalah pemuja
yang materialistis. Dikotomi John Searle (1980) membedakan AI yang ‘kuat’,
menunjukkan bahwa pemprograman yang sesuai dapat menciptakan ‘pikiran’ yang
mampu memahami; dan AI yang ‘lemah’, yang menekankan nilai-nilai heuristik
dalam pembelajaran kognisi manusia.
Kecerdasan memang terlihat dalam
setiap bentuk aktivitas manusia kemampuan untuk beradaptasi, memelajari
keterampilan baru, membentuk hubungan yang kompleks dan bermasyarakat. Kita
bisa mengatakan bahwa aspek-aspek dalam hidup dan perilaku ini dapat dipakai
untuk melengkapi fakta bahwa kita sadar (conscious).
Sayangnya tidak ada kesepakatan
eksak tentang apa itu kesadaran (consciousness). Kebanyakan
dari kita menerjemahkan kata kesadaran ini dalam format yang lebih familiar
dengan kata kognisi (cognition), yaitu sejenis kesadaran
tentang diri, tentang interaksi dengan dunia luar, tentang bagaimana proses
berpikir terjadi dan kemampuan kita untuk paling tidak mengendalikan
secara parsial proses-proses ini. Kita coba mengasosiasikan kognisi dengan
emosi, pemikiran, hati nurani dan hal-hal mendalam dari diri kita. Yang jelas,
kecerdasan tidak mungkin hadir tanpa adanya kesadaran ini. Kesadaran bisa
dijadikan tanda hadirnya kecerdasan jika suatu mesin bisa menampilkan
kualitas kecerdasan seperti manusia maka mesin itu dikatakan memiliki conscious.
Daftar Pustaka:
Al Fatta, H., (2009). Rekayasa Sistem Pengenalan Wajah.
Yogyakarta: Andi Offeset.
Herianto,
T., (2006). Teknik Pemograman Turbo
Prolog Tingkat Lanjut. Yogyakarta: Andi Offeset.
Kusrini.,
(2006). Sistem Pakar Teori dan Aplikasi.
Yogyakarta: Andi Offeset.
McLead,
R., & Schell, G. P., (2008). Sistem
Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar