Kamis, 24 November 2016

#SIP Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dan Kognisi Manusia



Pengertian Artificial Intelligence (kecerdasan buatan)
Menurut Herianto, T (2006) mendefinisikan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) mungkin dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu computer yang berhubungan dengan otomatis perilaku inteligens, dengan demikian program kecerdasan buatan didefinisikan sebagai program yang berhubungan dengan otomatisasi perilaku inteligen. Sedangkan Minsky (dalam Kusrini, 2006) mendefinisikan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) adalah suatu ilmu yang mempelajari cara membuat komputer untuk melakukan sesuatu seperti yang dilakukan manusia.
Menurut H.A Simon (dalam Kusrini, 2006) mendefinisikan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) merupakan kawasan penilitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas. Sedangkan Rich and Knight (dalam Kusrini, 2006) mendefinisikan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) sebagai sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia.
Sementara ensiklopedi Britannica (dalam Kusrini, 2006) mendefinisikan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) sebagai cabang dari ilmu komputer yang dalam merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk  simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristic atau dengan berdasarkan sejunlah aturan.


Sejarah Artificial Intelligence (kecerdasan buatan)
Kecerdasan buatan termasuk bidang ilmu yang relatif muda. Pada tahun 1950-an para ilmuwan dan peneliti mulai memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaannya seperti yang bisa dikerjakan oleh manusia. Alan turing , seorang matematikawan inggris pertama kali mengusulkan adanya tes untuk melihat bisa tidaknya sebuah mesin dikatakan cerdas. Hasil tes tersebut dikenal dengan Turing test, dimana si mesin tersebut menyamar seolah-olah sebagai seseorang di dalam suatu permainan yang mampu memberikan respon terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan. Turing beranggapan bahwa, jika mesin dapat membuat seseorang percaya bahwa dirinya mampu berkomunikasi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa mesin tersebut cerdas (seperti layaknya manusia). Alan turing juga melakukan percobaan lainnya yaitu Turing melakukan percobaan ini pada saat berpikir bahwa komputer yang bisa berpikir seperti otak manusia bisa hadir dalam kurun waktu 50 tahun lagi. Ilmu-ilmu baru bermunculan dengan tujuan menghasilkan mesin-mesin cerdas inilah yang kemudian kita kenal sebagai Artificial Intelegence (kecerdasan buatan).
Kecerdasan buatan sendiri dimunculkan oleh seorang profesor dari Massachusetts institute of Technology yang bernama John McCarthy pada tahun 1965 pada Dartmouth Conference yang dihadiri oleh para peneliti AI. Pada konferensi tersebut juga didefinisikan tujuan utama dari kecerdasan buatan, yaitu : mengetahui dan memodelkan proses-proses berfikir manusia dan  mendesain mesin agar dapat menirukan kelakuan manusia tersebut.

Beberapa program AI yang mulai dibuat pada tahun 1956-1966, antara lain:

  1. Logic Theorist, diperkenalkan pada Dartmouth Conference, program ini dapat membuktikan teorema-teorema matematika.
  2. Sad Sam, diprogram oleh Robert K. Lindsay (1960). Program ini dapat mengetahui kalimat-kalimat sederhana yang ditulis dalam bahasa inggris dan mampu memberikan jawaban dari fakta-fakta yang didengar dalam sebuah percakapan.
  3. ELIZA, diprogram oleh Joseph Weinzenbaum (1967). Program ini mampu melakukan terapi terhadap pasien dengan memberikan beberapa pertanyaan.


Hubungan Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dan Kognisi Manusia
Penelitian McCulloch & Pitts analogis dengan komputer yang berfungsi berkat rangkaian sirkuit biner yang menentukan hidup-matinya neuron tadi melihat hubungan sikap logis neuron ketika berinteraksi dengan kinerja komputer digital. Von Neumann sangatlah mungkin merancang komputer yang meniru otak manusia. Otak komputer dianggap sebagai alat input, output, sekaligus lapisan tersembunyi. Lapisan tersembunyi menanggapi neuron di dalam otak model ini lebih mewakili otak manusia.
W.  Daniel Hillis mengembangkan ‘mesin koneksi’, sebuah model proses paralel. Pada mesin koneksi Hillis, prosesor tersedia untuk memecahkan sebuah  masalah, memungkinkan masalah tsb terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang berproses secara berkesinambungan. Orang-orang yang menganggap AI sebagai konsep intelektual yang korup & meyakini bahwa orang yang yakin atas keberadaan mesin berpikir adalah pemuja yang materialistis. Dikotomi John Searle (1980) membedakan AI yang ‘kuat’, menunjukkan bahwa pemprograman yang sesuai dapat menciptakan ‘pikiran’ yang mampu memahami; dan AI yang ‘lemah’, yang menekankan nilai-nilai heuristik dalam pembelajaran kognisi manusia.
Kecerdasan memang terlihat dalam setiap bentuk aktivitas manusia kemampuan untuk beradaptasi, memelajari keterampilan baru, membentuk hubungan yang kompleks dan bermasyarakat. Kita bisa mengatakan bahwa aspek-aspek dalam hidup dan perilaku ini dapat dipakai untuk melengkapi fakta bahwa kita sadar (conscious).
Sayangnya tidak ada kesepakatan eksak tentang apa itu kesadaran (consciousness).  Kebanyakan dari kita menerjemahkan kata kesadaran ini dalam format yang lebih familiar  dengan kata kognisi (cognition), yaitu sejenis kesadaran tentang diri, tentang interaksi dengan dunia luar, tentang bagaimana proses berpikir terjadi dan kemampuan kita untuk paling tidak   mengendalikan secara parsial proses-proses ini. Kita coba mengasosiasikan kognisi dengan emosi, pemikiran, hati nurani dan hal-hal mendalam dari diri kita. Yang jelas, kecerdasan tidak mungkin hadir tanpa adanya kesadaran ini. Kesadaran bisa dijadikan tanda hadirnya kecerdasan jika suatu mesin bisa menampilkan kualitas kecerdasan seperti manusia maka mesin itu dikatakan memiliki conscious.


Daftar Pustaka:
Al Fatta, H., (2009). Rekayasa Sistem Pengenalan Wajah. Yogyakarta: Andi Offeset.
Herianto, T., (2006). Teknik Pemograman Turbo Prolog Tingkat Lanjut. Yogyakarta: Andi Offeset.
Kusrini., (2006). Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offeset.
McLead, R., & Schell, G. P., (2008). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar