KEKUASAAN
PENDAHULUAN
Kekuasaan
atau power berarti suatu kemampuan untuk mempengaruhi orangatau merubah orang
atau situasi .Kekuasaan dapat berkonotasi positif maupun negative, orang-orang
yang berada pada pucuk pimpinan suatu organisasi seperti manajer, direktur,
kepala dan sebagainya, memiliki kekuasaan power) dalam konteksmempengaruhi
perilaku orang-orang yang secara struktural organisator berada dibawahnya.
Sebagian pimpinan menggunakan kekuasaan dengan efektif, sehingga mampu
menumbuhkan motivasi bawahan untuk bekerja dan melaksanakan tugasdengan lebih
baik. Namun, sebagian pimpinan lainnya tidak mampu memakaikekuasaan dengan
efektif, sehingga aktivitas untuk melaksanakan pekerjaan dantugas tidak dapat
dilakukan dengan baik. Oleh karena itu dalam penulisan ini akan di bahas
mengenai definisi serta sumber sumber kekuasaan.
1. Defenisi Kekuasaan
Banyak
seorang ahli yang telah menyatakan definisi-definisi dari kekuasaan. Seperti
yang telah dikemukakan dalam bukunya Thoha (2003: 92-93), yang
meliputi:
- Menurut C. Wright Mills, kekuasaan adalah dominasi, yaitu kemampuan untuk melaksanakan kemauan kendatipun oranglain menentangnya (T. Liang Gie, 1986:20)
- Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kemampuan muntuk dalam suatu hubungan sosial, melakukan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawan dan apapa-pun dasar kemampuanya (M. Budiardjo, ed., 1983:16)
- Walter Nord, Merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran, energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya. Kekuasaan dipergunakan hanya jika tujuan-tujuan tersebut paling sedikit mengakibatkan perselisihan satu sama lain.
- Rogers, Berusaha membuat jelas kekaburan istilah dengan merumuskan kekuasaan sebagai suatu potensi dari suatu pengaruh. Dengan demikian kekuasaan adalah suatu sumber yang bisa atau tidak bisa untuk dipergunakan. Penggunaan kekuasaan selalu mengakibatkan perubahan dalam kemungkinan bahwa seseorang atau kelompok akan mengangkat suatu perubahan perilaku yang diinginkan.2. Sumber Kekuasaan Menurut French & Raven
- Kekuasaan Paksaan (Coercive Power)
Kekuasaan imbalan seringkali
dilawankan dengan kekuasaan paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum. Hukuman
adalah segala konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang
yang menerimanya. Pemberian hukuman kepada seseorang dimaksudkan juga untuk
memodifikasi perilaku, menghukum perilaku yang tidak baik/merugikan organisasi
dengan maksud agar berubah menjadi perilaku yang bermanfaat. Para manajer
menggunakan kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya patuh pada perintah
karena takut pada konsekuensi tidak menyenangkan yang mungkin akan diterimanya.
Jenis hukuman dapat berupa pembatalan pemberikan konsekwensi tindakan yang
menyenangkan; misalnya pembatalan promosi, pembatalan bonus; maupun pelaksanaan
hukuman seperti skors, PHK, potong gaji, teguran di muka umum, dan sebagainya.
Meskipun hukuman mungkin mengakibatkan dampak sampingan yang tidak diharapkan,
misalnya perasaan dendam, tetapi hukuman adalah bentuk kekuasaan paksaan yang
masih digunakan untuk memperoleh kepatuhan atau memperbaiki prestasi yang tidak
produktif dalam organisasi.
- Kekuasaan Imbalan (Insentif Power)
Kemampuan seseorang untuk
memberikan imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena kepatuhan mereka.
Kekuasaan imbalan digunakan untuk mendukung kekuasaan legitimasi. Jika
seseorang memandang bahwa imbalan, baik imbalan ekstrinsik maupun imbalan
intrinsik, yang ditawarkan seseorang atau organisasi yang mungkin sekali akan
diterimanya, mereka akan tanggap terhadap perintah. Penggunaan kekuasaan
imbalan ini amat erat sekali kaitannya dengan teknik memodifikasi perilaku
dengan menggunakan imbalan sebagai faktor pengaruh.
- Kekuasaan Sah (Legitimate Power)
Kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang tingkatannya lebih
tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih rendah. Dalam
teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam organisasi, misalnya
sesama manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi yang sederajat pula. Kesuksesan
penggunaan kekuasaan legitimasi ini sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang
mengembangkan seni aplikasi kekuasaan tersebut. Kekuasaan legitimasi sangat
serupa dengan wewenang. Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan
peranan penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika bawahan memandang
penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya sesuai dengan hak-hak yang melekat,
mereka akan patuh. Tetapi jika dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tldak
sah, mereka mungkin sekali akan membangkang. Batas-batas kekuasaan ini akan
sangat tergantung pada budaya, kebiasaan dan sistem nilai yang berlaku dalam
organisasi yang bersangkutan.
- Kekuasaan Pakar (Expert Power)
Seseorang mempunyai kekuasaan
ahli jika ia memiliki keahlian khusus yang dinilai tinggi. Seseorang yang
memiliki keahlian teknis, administratif, atau keahlian yang lain dinilai
mempunyai kekuasaan, walaupun kedudukan mereka rendah. Semakin sulit mencari
pengganti orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang dimiliki.
Kekuasaan ini adalah suatu karakteristik pribadi, sedangkan kekuasaan
legitimasi, imbalan, dan paksaan sebagian besar ditentukan oleh organisasi,
karena posisi yang didudukinya.
Contohnya ; Pasien – pasien dirumah sakit menganggap dokter sebagai pemimpin atau panutan karena dokterlah uang dianggap paling ahli untuk menyembuhkan penyakit
- Kekuasaan Rujukan (Referent Power)
Banyak individu yang menyatukan diri
dengan atau dipengaruhi oleh seseorang karena gaya kepribadian atau perilaku
orang yang bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis kekuasaan
panutan. Seseorang yang berkarisma ; misalnya seorang manajer ahli, penyanyi,
politikus, olahragawan; dikagumi karena karakteristiknya. Pemimpin karismatik
bukan hanya percaya pada keyakinan – keyakinannya sendiri (factor atribusi),
melainkan juga merasa bahwa ia mempunyai tujuan-tujuan luhur abadi yang
supernatural (lebih jauh dari alam nyata). Para pengikutnya, di sisi lain,
tidak hanya percaya dan menghargai sang pemimpin, tetapi juga mengidolakan dan
memujanya sebagai manusia atau pahlawan yang berkekuatan gaib atau tokoh
spiritual (factor konsekuensi). Jadi, pemimpin kharismatik berfungsi sebagai
katalisator dari psikodinamika yang terjadi dalam diri para pengikutnya seperti
dalam proses proyeksi, represi, dan regresi yang pada gilirannya semakin
dikuatkan dalam proses kebersamaan dalam kelompok. Dalam masa puncaknya, Bung
Karno misalnya; diberi gelar paduka yang mulia, Panglima Besar ABRI, Presiden
seumur hidup, petani agung, pramuka agung, dan berbagai gelar yang
lainnya.
Daftar Pustaka:
- Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan dalam Suatu Manajemen: Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
- Sarwono, Sarlito W. 2005. Psikologi Sosial (Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan). Balai Pustaka, Jakarta.
- Cholisin, M. Si dkk. 2006. Dasar-dasarIlmuPolitik. Yogyakarta : FISE UNY
- http://www.academia.edu/3771258/31010-10-362690505737
NAMA : D.PUSPA PANE
KELAS: 3PA08
NPM : 11513976
KEL : BIRU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar